Iklan

iklan

Kolonialisme Indonesia Bertujuan Untuk Menguasai SDA dan Mengontrol Rakyat Papua

Yohanes Gobay
4.25.2025 | 8:20:00 PM WIB Last Updated 2025-04-25T11:52:07Z
iklan

Browsur rangkaian diskusi kolektif lapak Baca dan diskusi kota Nabire. list.


TadahNews.com, Nabire -- Kolektif lapak Baca dan Diskusi di Kota Nabire melakukan rangkaian diskusi menuju hari Buruh Internasional dan Hari Aneksasi West Papua ke dalam NKRI yang jatuh pada setiap 1 Mei.


Bertempat di Asrama Mahasiswa Pelajar Puncak yang berlokasi di Jl. Jakarta Kolektif ini menggelar diksusi yang tertajuk “Kolonialisme Indonesia dan Aneksasi Papua”, ini dipantik oleh Abbi Douw, pada Jumat (25/04) Sore.

 

Sejak siang didahului dengan kegiatan lapak baca. Setiap orang duduk melantai mengelilingi sejumlah buku yang diletakan di lantai beralaskan karpet oleh kolektif lapak baca dan diskusi tepat di teras depan asrama.

 

Ada keseruan tersendiri yang tercipta di sana. Setiap orang memegang buku sambil baca dan saling diskusi mengenai isi buku dan informasi lainnya. TaDahNews hadir di sana menyaksikan diskusi tersebut.

 

Pada pukul 15.10 diskusi tersebut dibuka oleh Yones Magai selaku Ketua Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Puncak (IMPP) Kota Study Nabire, yang saat itu berperan sebagai moderator. Selanjutnya waktu bicara dilempar kepada pemantik, Abbi Douw.

 

Pria asal Dogiai, bertubuh mungil itu mulai berbicara dari apa kolonialisme dan bagaimana kolonialisme terjadi, juga tentang tujuan dan kepentingannya.

 

Ini sangat menarik.

 

Kolonialisme mempunyai praktek yang menguasai, membudak, monopoli dan sebagainya. Ini bisa dilihat Dimana-mana, di Belanda, india, philipina, dan sebagainya.

 

Misalnya Ingris kuasai afrika, asia, pasifik, dan sebagainya. Atau Papua dan Papua New Guinea terpisah karena pengaruh penjajahan. PNG dijajah Ingris-australia, dan Papua dijajah Belanda.

 

“Dampak dari kolonialisme menciptakan jarak dan membikin petak-petakan. Papua dan PNG mempunya kesamaan ras, bahkan moyang, juga satu kepulauan, tetapi akibat penjajahan akhirnya orang Papua harus berurusan dengan Imigrasi RI untuk berangkat ke PNG dalam batas waktu tertentu.” Jelas Douw lanjut tengah diskusi tersebut.  

 

Kolonialisme muncul disaat zaman markantilisme (zaman perbudakan Bebas).

 

Awalnya, menurut penjelasan Douw, para pedagang, kapitalis-kapitalis lolal membutuhkan pasar yang besar dan luas. Sehingga Ia harus melakukan penaklukan wilayah-wilayah lain. Dengan begitu kolonialis menguasai, mengambil barang-barang mentah dari wilayah yang ditakluk, mendirikan pemerintahannya, dan sebagainya.

 

“Pemerintahan baru, yang modern juga bermunculkan akibat dari kolonialisme,” jelas Douw memantik diskusi yang semakin serius.

 

Sebelum kolonialisme, orang hidup di jaman yang bebas. Tetapi kolonialisme justru memperketat aturan, control Masyarakat secara langsung. Terjadi perbudakan, pajak, dan sebagainya.

 

Termasuk dibuatnya Undang-Undang untuk mengatur hak dan kewajiban, serta pengelompokan kelas atas dan bawa, juga perlakukan pemerintah terhadap masyarkat berdasarkan alasan ras, warna kulit, agama, dan sebagainya. Lantas rasisme juga bermunculan sejak itu.

 

Kolonialisme juga membangun Pendidikan sesuai kebutuhan internal pemerintahannya. Kurikulum dan gagasan pengetahuan yang dicerna ke dalam sekolah juga disesuaikan atas kebutuhan kekuasannya.

 

“Lantas Pendidikan kolonialistik tidak pernah melahirkan kaum terdidik yang progresif, kritis, dan sebagainya. Selain memproduksi kaum terpelajar yang taat dan tunduk dibawa kekuasaan. Tujuannya untuk mempertahankan kekuasaan yang mendominasi,” terang Abbi terkait kebutuhan pendidikan untuk kekuasaan yang mendominasi.

 

Dengan begitu, lanjut Douw, penjajah sangat mudah mengontol Masyarakat, juga pikiran masyarat melalui pengetahuan, media, dan juga hegemoninya.

 

Kalau di Indonesia, dengan pemerintahan kolonialisme Belanda dibangun, secara perlahan mulai menghancurkan system Kerajaan yang lama, juga budaya yang lama.

 

“Jadi kololialisme, tujuan utamanya untuk menguasai alat produksi, kekayaan alam, dan mengontrol masyarakatnya,” kata Douw menegaskan tujuan Kolonialisme menduduki suatu wilayah.

 

Kenapa Indonesia harus menduduki Papua setelah Merdeka dari Belanda?

 

Indonesia ingin mengambil Kembali semua kekuatan produksi yang dibangun oleh penjajah Belanda, termasuk yang di Papua, ada Nederland New Guinea Protelium Mascapai (NNGPM).

 

Amerika melihat situasi papua yang tidak berpemerintahan dan memiliki kekayaan alam yang cukup menjanjikan, lantas Amerika membuka ruang negosiasi antara Belada dengan Indonesia pada 15 Agustus 1962 setelah melalui proses pendekatan yang Panjang.

 

Sejak saat itu, Indonesia melakukan infiltrasi dengan pendekatan militer melalui udara, darat juga laut. Tujuannya untuk memenangkan Pepera 1969 yang sudah disepakati dalam perjanjian New York sebagai ruang yang diberikan kepada orang papua untuk menentukan Nasibnya sendiri melalui mekanisme Internasional.

 

Kemudian Papua itu masuk ke dalam Indonesia. Sementara orang Papua ini banyak yang berfikir tentang nasionalisme dan kemerdekaan west Papua pada 1 Desember 1 Desember 1961.

 

Lantas proklamasi 1971 merupakan sebuah manifesto perlawanan terhadap kolonialisme Indonesia setelah penduduk Belanda di Papua.

 

“Sejak itu perlawanan terus dikobarkan orang Papua terhadap kolonialisme.” Kata Douw.

 

Tetapi disisi pemerintahan Kolonial, Sejak itu Indonesia mulai control orang papua, kehidupan, sektor produktif, melalui kekuasannya (suprastruktur).

 

Misalnya penguasaan tanah sudah dipermudah dengan produk UU yang ditetapkan oleh Jakarta tanpa diketahui oleh orang Papua.

 

Diskusi ini semakin cair dengan setiap orang saling bergantian bicara.

 

Salah satu peserta diskusi, Jhon Giyai, mengutarakan pendapatnya bahwa Cara penaklukan, pendudukannya jauh berbeda dengan Belanda. Indonesia lebih kasar.

 

“Kalau pengembangan kolonialisme Belanda di Papua justru lebih soft. Metodenya lebih banyak ekspedisi-ekspedisi. Targernya pemetaan wilayah, sumberdaya alam, juga Masyarakat,” kata Giyai membedah metode penaklukan Kolonialisme Indonesia dan Belanda.

 

Tetapi pendekatan kolonialisme Belanda justru memberdayakan orang Papua mengisi struktur kekuasaannya serta di setiap sarana pendukungnya. Lantas tidak dikekang oleh pendekatan yang bersifat keras, militeristik.

 

“Saat Belanda di Papua, Orang Papua bisa mengelolah radio, rumah sakit (saat itu rumah sakit Dok 2 justru berbaik se pasifik), perbengkelan, pertanian, perikanan, di Pendidikan, memberikan ruang untuk orang Papua terdidik berpolitik melalui organisasi, partai-partai yang kemudian mempelopori kemerdekaan 1 desember 1961,” kata Giyai berpendapat.

 

Lanjut Giyai, Belanda membangun Papua juga justru dengan hasil meraup kekayaan alam di Papua melalui semua Perusahaan tambang dan minyak yang dikelolah oleh NNGPM.

 

Ketika Indonesia masuk, menduduki Papua, terjadi pergeseran orang Papua dari semua sektor, termasuk digeser dari sarana produktif. Lantas dengan begitu memperlambat laju kemajuan tenaga produktif orang Papua.

 

“Konsep perkembangan manusia Papua ini juga dipahami oleh kolonialisme. Lantas itu juga menguntungkan penguasa untuk menentukan metode penaklukannya,” lanjut Giyai.

 

Indonesia justru menggunakan pendekatan militeristik dengan lancar melakukan operasi-operasi militer untuk menduduki wilayah Papua, mengambil semua sumber daya alam papua, juga untuk mengontrol rakyat Papua. dan itu didukung oleh UU, kebijakan Jakarta untuk Papua, juga berbagai propaganda yang disebar-luaskan melalui media mainstream.

 

Sementara ini, salah satu peserta diskusi dari Solidaritas Pelajar West Papua (SPWP), Ando berpendapat bahwa Kolonialisme sangat pintar untuk membuat perpecahan suatu persatuan Gerakan rakyat.

 

“Proses Pembangunan pecah-bela Papua ini sangat mirip dengan bagaimana politik pecah-bela yang dibangun oleh Belanda. Di Papua, selain propaganda provokatif, juga dengan pemekaran DOB yang semakin kencang di mekarkan, dan itu didukung oleh UU Indonesia,” terang Ando, salah satu pelajar yang hadir ikus diskusi.

 

Kemudian Abbi Douw berpendapat bahwa saat Belanda mulai menguasai Papua, Ia membuat banyak program. Dan untuk menjalankan itu, Belanda fungsikan orang-orang pribumi Papua, juga mendatangkan tenaga kerja dari Luar Papua.

 

Agar berpengetahuan baru sesuai tujuan Belanda, Ia juga membikin sekolah pola berasrama. Orang Papua di didik disitu untuk memehuni kelancaran semua program Belanda.

 

“Mulai dari pemerintahan, perkantoran, pertanian, perikanan, perbengkelan dan teknologi, dan sebagainya. Itu semua di isi oleh orang Papua. Walau pun proses ini untuk mengisi kebutuhan pemerintahan Belanda, justru tenaga produktif Papua semakin maju dengan adanya keterlibatan langsung di dalam semua lini,” katanya.

 

Lantas proses ini dihentikan dan tenaga produktif orang Papua ini disingkirkan oleh penaklukan kolonialisme Indonesia.

 

Juga lebih para, tutup Douw, perpecahan dalam skala yang besar didukung oleh revisi UU otsus yang baru.

 

Yohanes Gobai

 

Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kolonialisme Indonesia Bertujuan Untuk Menguasai SDA dan Mengontrol Rakyat Papua
iklan
iklan
iklan
iklan
iklan

Trending Now

Iklan

iklan