Iklan

iklan

Nabire Darurat HIV/AIDS, Yapkema Gelar Diskusi Perdana Pencegahan

Tabloid Daerah
2.21.2025 | 7:00:00 PM WIB Last Updated 2025-02-27T04:51:36Z
iklan
Nabire Darurat HIV/AIDS, Yapkema Gelar Diskusi Perdana Pencegahan (Ist.)
[Tabloid Daerah], Nabire --
Perwakilan pelajar dari lima Sekola Menengah Atas (SMA) dan Kejuruan (SMK) menghadiri diskusi bertajuk, "Pengenalan dan Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Remaja di Nabire".

Diskusi digelar di Aula Kantor Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, Jumat (21/02/2025), dengan Topik: "Pencegahan Penyakit Menular Seksual", dan sebanyak 25 orang pelajar lintas suku yang terwakili dari lima SMA/SMK di kawasan Nabire Timur turut hadir pada kegiatan perdana yang digelar oleh Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (Yapkema).

Mis Murib, Manager Program Kepemudaan Yapkema, mengatakan kegiatan diskusi tersebut adalah kegiatan perdana Bidang Kepemudaan Yapkema di Kabupaten Nabire. Sebelumnya Yapkema telah 25 tahun eksis dalam program-program pendampingan ekonomi petani, kesehatan keluarga dan pendidikan anak di tiga kabupaten wilayah adat Meepago: Paniai, Dogiyai dan Deiyai. 

Menurut Mis Murib, Kabupaten Nabire, Ibu Kota Provinsi Papua Tengah, kini menjadi sasaran perluasan aktivitas penjangkauan Yapkema. "Iya, karena lapisan muda generasi Papua dari delapan kabupaten di Provinsi Papua Tengah kerap turun, tinggal, bersekolah dan beraktivitas di Nabire, ini artinya bahwa kota sentral di Papua Tengah ini penuh dengan kesibukan dan aktivitas, dan bahaya dampak pergaulan bebas," pungkas Murib. 

"Nabire adalah pusat bertemunya berbagai lapisan kaum muda Papua dari berbagai suku pegunungan dan pantai, termasuk kaum muda suku-suku lainnya di nusantara. Nabire menjadi semacam kota pusat pergaulan dan perlintasan kebudayaan. Dan, oleh karena itu, kini menjadi sasaran perluasan aktivitas penjangkauan Yapkema," lanjut Mis Murib, penggerak Komunitas Literasi di Nabire.

Kabupaten Nabire ada di posisi teratas penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) - Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) [selanjutnya, HIV/AIDS] diseluruh Indonesia, ini, berakibat pada masa depan generasi Papua yang terancam. "Kehadiran 25 pelajar pada diskusi perdana ini, adalah awal dari rangkaian kegiatan kepemudaan kami di Kabupaten Nabire," tutur Mis Murib saat memperkenalkan program kepemudaan Yapkema.

Murib juga menjelaskan kegiatan serupa akan dilanjutkan di Wilayah Nabire Barat dan kota Nabire, yang menyasar pelajar dari SMA/SMK, dan mahasiswa serta komunitas-komunitas muda di Nabire. 

"Dalam tiga [3] tahun, kami akan menggelar berbagai kegiatan yang melibatkan anak-anak muda Nabire untuk membicarakan isu-isu seputar kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual, dan literasi digital dalam hal pergaulan sehat," jelas Murib. 

Selain persoalan penyebaran penyakit menular seksual, Mis menerangkan bahwa keprihatinan Yapkema terhadap fenomena kehamilan dini dan tidak direncanakan di kalangan muda Papua di Kota Nabire. Keprihatinan tersebut menggerakan Yapkema memprogramkan kepemudaan mengambil fokus pada isu-isu hak dan kesehatan reproduksi remaja.

"Kami ingin ambil bagian, sekecil apapun untuk menyelamatkan masa depan generasi muda Papua dari penyakit dan pergaulan yang berdampak buruk bagi hidupnya. Kami ingin generasi muda punya informasi yang cukup untuk melindungi dirinya, keluarga, teman-temannya untuk masa depannya sendiri. Dimulai hari ini, dengan diskusi untuk menyebarluaskan informasi tentang penyakit menular seksual dan bagaimana mencegahnya," terang Murib. 

Hadir sebagai pembicara pada kegiatan diskusi ini dr. Ferina Steffi Aronggear, salah seorang tim dokter di Klinik St. Rafael, Bukit Meriam Nabire yang juga penyuluh HIV/AIDS. Serta, Paula S. Pakage, mantan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Nabire yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya menjadi relawan di isu ini.

dr. Aronggear menekankan beberapa alasan pentingnya membahas persoalan penyakit menular seksual dikalangan remaja di Nabire ini. Pertama, karena angka HIV/AIDS sebagai salah satu bentuk penyakit menular seksual yang tertinggi di Nabire. Kedua, karena perempuan lebih banyak terkena Infeksi Menular Seksual (IMS). Namun, tidak diketahui atau tidak ada gejalanya. 

"Remaja pelajar menjadi sasaran penting untuk mendapatkan informasi karena, hal-hal ini tidak diperoleh di sekolah, harus dicari sendiri. Remaja adalah usia peralihan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga, dokter mau ajak kalian gunakan rasa ingin tahu itu untuk mendapatkan informasi yang benar untuk pergaulan yang sehat," kata dr. Aronggear. 

Dokter juga mengajak para remaja tidak malu berbicara dan bertanya pada dokter terkait hal-hal yang ia rasakan atau alami di seputar alat kelaminnya. Karena, jika dideteksi lebih awal pengobatannya pun bisa lebih cepat.

Macam-macam penyakit menular seksual yang dipaparkan oleh dr. Aronggear antara lain; Radang Saluran Kencing, Gonorrhea atau Kencing Nanah, Jamur pada alat kelamin perempuan, Sipilis dan HIV. "Penyakit-penyakit ini menular lewat aktivitas seks genital (alat kelamin) dan anal (anus) dengan cara gonta-ganti pasangan seks yang tidak aman. Medium penularan HIV adalah darah, cairan sperma dan vagina serta air susu ibu," papar dr. Aronggear.

Paula S. Pakage membahas bahwa di Kabupaten Nabire ini telah tersedia 12 layanan puskesmas dan satu klinik untuk penanganan IMS. Jadi, penting untuk diketahui dulu dimana itu puskesmas, agar kalau sakit tidak perlu ke klinik berbayar mahal. Puskesmas itu lebih terjangkau bahkan tidak berbayar. Hanya klinik Santo Rafael di Bukit Meriam Nabire yang juga ramah akses terhadap pasien IMS. 

Pakage menceritakan prosedur pelayanan pemeriksaan agar para remaja tidak canggung untuk datang dan berkonsultasi. "Tes atau tidak, para dokter tidak akan paksa, konsultasi yang lebih penting," ucap Pakage. 

Ia menghimbau agar para remaja menggunakan gawai untuk mencari informasi yang berguna, membekali diri dengan pengetahuan sejak dini, agar dapat membangun sistem pertahanan diri yang tepat.

"Maling bisa masuk mencuri jika pagarnya tidak dipagari secara baik. Sama halnya dengan penyakit HIV/AIDS masuk menyerang kita kalau kita tidak dibekali dengan pengetahuan- pengetahuan tentang penyakit tersebut; penyebab, penyebaran, dan gejala-gejalanya setelah terinfeksi," himbau Paula S Pakage di dalam pembahasan materinya.

10 dari 25 pelajar SMA/SMK yang hadir aktif mengajukan pertanyaan mulai dari medium penularan HIV, cara mencegah agar tidak tertular, serta istilah-istilah yang dipaparkan pada presentasi dokter. 

Para pelajar yang hadir berasal dari; SMA YPBI Sion, SMK N 4, SMK N 3 Lagari, SMA N 6 Lagari, dan SMK Bakidi Yasebaper. Acara diskusi dibuka oleh doa yang disampaikan Suster Kristin dari Klink Santo Rafael Nabire, dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Program Manager Ekonomi Yapkema, Marsel Pigai dan Sekretaris Distrik Teluk Kimi, Bapak Daud Sawaki.

Daud Sawaki yang juga kader Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) ini sangat mendukung kegiatan seperti ini terus dilakukan, termasuk di kalangan masyarakat umum di kampung-kampung. "Saya berpesan, para remaja menggunakan kesempatan ini untuk mengedukasi diri dan menjadi pemancar informasi ke kalangan teman-temannya," imbuh Sawaki.

Tak terasa, diskusi yang dimulai pukul 10.30 Siang Jelang Sore Waktu Papua (WP), itu, baru berakhir pada Pukul 15.00 WP.

Antusias para pelajar memberi pengharapan bahwa diskusi topik-topik sekitar isu reproduksi dan seksual harus semakin banyak dilakukan untuk remaja usia sekolah ini. Pengetahuan adalah gerbang untuk pengendalian dan perlindungan diri.(*)




Dani MB
Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Nabire Darurat HIV/AIDS, Yapkema Gelar Diskusi Perdana Pencegahan
iklan
iklan
iklan
iklan
iklan

Trending Now

Iklan

iklan