Iklan

iklan

Pesan Perpisahan Kepada Pilot Philip Mark Merthens, Victor Yeimo: Pergilah Saudara Kami, Bawalah Kebenaran Kami!

Tabloid Daerah
9.27.2024 | 8:00:00 PM WIB Last Updated 2024-09-27T21:57:12Z
iklan
Foto saat detik-detik terakhir Pilot Philip Mark Merthens dibebaskan oleh TPNPB dan memberikan salaman tangan - (Ist.)

[Tabloid Daerah], Nabire --
Pilot berkebangsaan Selandia Baru (New Zealand/NZ), Philip Mark Merthens yang Disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pada tanggal 7 Februari 2023 dan dibebaskan juga oleh TPNPB pada tanggal 21 September 2024, ini pesan dari rakyat Papua melalui Victor Yeimo.

Victor Yeimo (VY) adalah aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB), sebagai Juru Bicara (Jubir) Internasional memberikan pesan kepada Pilot Philip Mark Merthens. Pesan itu kemudian dikutip oleh media ini pada tanggal 27 September 2024.

Pesan dari VY itu dianggap bahwa mewakili pesan dari rakyat Papua dikarenakan, pesan itu dikeluarkan oleh VY dan mendapatkan respon atau reaksi dukungan kepada VY dengan membagikan pesan itu kemana-mana. Yaitu: ke Grup-grup media sosial, seperti; Facebook (FB), WhatsApp (WA). Juga, masing-masing membagikan di profil FB, status WA, dan Twitter.

Aktivis Pro Refendum untuk West Papua, VY menggambarkan situasi dan kondisi di West Papua yang sebenarnya, dan diberi judul, "Pergilah Saudara Kami, Bawalah Kebenaran Kami!". Berikutnya, media ini akan merilis kembali apa yang dituliskan Jubir Internasional KNPB, VY.

Ini Pesan Perpisahan VY Kepada Pilot Philip Mark Merthens

Kau ingat saat pertama kali mendarat di sini? Kami menahanmu. Kau pikir kami jahat. Kau pikir kami monster yang haus darah. Tetapi, apa lagi yang bisa kami lakukan? Dunia menutup mata, menulikan telinga, membiarkan kami tenggelam dalam derita yang tidak pernah berakhir.

Kami menahanmu bukan untuk menyakiti tapi, untuk satu harapan terakhir—agar dunia, lewat matamu, akhirnya melihat bahwa kami ada, bahwa kami sedang sekarat di tanah kami sendiri.

Awalnya, takut tampak jelas di wajahmu. Tetapi, hari demi hari berlalu. Kau mulai melihat sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya. Kami yang dikatakan sebagai ‘pemberontak’, tidak menodongkan senjata padamu. Kami mengulurkan tangan, mengobati luka-lukamu, memberimu tempat perlindungan. Ketika tentara penjajah datang, mencarimu untuk menghabisimu dan menuding kami sebagai pelakunya, kami melindungimu. Kami yang kehilangan anak-anak, saudara, dan ibu kami karena, peluru mereka, justru mempertaruhkan nyawa kami untuk menjagamu tetap hidup.

Di hutan ini, kau tidak hanya melihat pemandangan. Kau melihat air mata yang tidak pernah berhenti jatuh. Kau mendengar jeritan ibu yang anaknya diambil dengan paksa, suara para bapak yang tak lagi punya tanah untuk diolah, suara kami—bangsa yang selalu dikalahkan, diseret ke tanah, diinjak-injak tapi, tak pernah mati. Kau melihat lebih dari sekadar peperangan; kau melihat hati yang hancur, jiwa yang terbungkam tapi, tak pernah padam.

Saat ini, kau akan pergi. Tetapi, bukan sebagai tawanan. Kau pergi sebagai saudara yang membawa suara kami. Kami memelukmu untuk terakhir kalinya, dengan hati yang dipenuhi harapan dan kesedihan.

Harapan bahwa dunia akan mendengarkanmu bahwa mereka akan mendengarkan cerita kami. Kesedihan karena, kami tahu, mungkin setelah kau pergi, tidak ada yang akan berubah. Dunia telah lama membiarkan kami tenggelam dalam gelap, dan kami takut, kau juga akan dilupakan, seperti, kami yang telah lama dilupakan.

Tetapi, tolong! Jangan lupakan kami. Ingat setiap air mata yang jatuh di hutan ini, setiap tangan yang mengobati lukamu, setiap bisikan keluh kesah yang kau dengar di malam yang sunyi. Kau telah melihat sendiri. Kami bukan penjahat yang mereka katakan. Kami bukan pemberontak yang ingin menghancurkan. Kami adalah manusia yang hanya ingin hidup, ingin bebas, ingin memiliki masa depan di tanah yang seharusnya menjadi milik kami.

Saat kau melangkah keluar dari sini, kami menitipkan suara kami padamu. Bawa tangisan ini ke dunia. Biarkan mereka tahu bahwa di sini, di tempat yang jauh dari perhatian, ada rakyat yang terus berjuang, meski tubuh kami hancur, meski suara kami dipadamkan. Jangan biarkan kami hilang tanpa arti.

Pergilah, saudara kami. Bawalah kebenaran kami. Dan, jika dunia masih berani menutup mata, setidaknya kau telah mendengarnya. Setidaknya, kau tahu bahwa di sini, ada bangsa yang masih hidup, meski diselimuti penderitaan. Jangan lupakan kami! Biarkan kisah ini terus bergemah di langit, sampai akhirnya dunia mendengar.

Pesan perpisahan ini ditulis oleh Victor Yeimo untuk Pilot Philip Mark Merthens di sana.(*)



Editor: Melkianus Dogopia
Baca Juga
iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pesan Perpisahan Kepada Pilot Philip Mark Merthens, Victor Yeimo: Pergilah Saudara Kami, Bawalah Kebenaran Kami!

P O P U L E R

Trending Now

Iklan

iklan