Usai Mahasiswa Intan Jaya Melakukan Pertemuan Jumpa Pers/Dok.Edo (TaDahnews) |
[Tabloid Daerah], Nabire -- Usai Solidaritas Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Intan Jaya se-Indonesia melakukan jumpa pers, lanjut Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa (FKM) Intan Jaya Kota Study Nabire, angkat bicara mengemukakan alasan mengapa Mahasiswa Intan Jaya menolak pembangunan Patung Tuhan Yesus ukuran raksasa.
Kepada tadahnews.com, Daud Tigau, Ketua FKM Intan Jaya kota studi Nabire menegaskan dampak Undang-undang (UU) Cipta Kerja, Minerba, Agraria, Pengesahan Otonomi Khusus (Otsus), Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB), telah membuka peluang bagi oligarki, elit politik negara untuk mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) di Papua.
"Seperti yang kami bersama ketahui perkembangan situasi di Kabupaten Intan Jaya beberapa tahun belakangan ini, konflik bersenjata TNI-POLRI dengan TPNPB, dan agenda negara ini di atas tanah milik masyarakat adat Intan Jaya. Namun karena, demi mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) maka semakin panas situasi yang tercipta," kata Tigau, tegas.
Lanjut ketua FKM Intan Jaya, yang juga sebagai Ketua HMJ UPP PGSD Uncen Cabang Nabire, mengungkapkan, demi menancapkan perusahaan tambang, negara lewat izin usaha pertambangan khusus Antam Tbk dan empat perusahaan tambang lainnya di Intan Jaya, ini, negara sendiri telah merawat konflik berkepanjangan yang terjadi di Intan Jaya.
Tambah Mahasiswa Intan Jaya, Tigau, bahwa negara melalui TNI-POLRI sebagai tameng untuk merampas dan mencaplok tanah milik masyarakat adat Intan Jaya.
Tambah Mahasiswa Intan Jaya, Tigau, bahwa negara melalui TNI-POLRI sebagai tameng untuk merampas dan mencaplok tanah milik masyarakat adat Intan Jaya.
Tutup mahasiswa yang jelih melihat persoalan-persoalan di Intan Jaya, dan Papua pada umumnya, Tigau, mengatakan dengan mengirimkan militer non-organik secara besar-besaran telah membawa banyak dampak buruk kepada masyarakat di Intan Jaya yang di kontrol TNI-POLRI, ini, berlebihan telah menyebabkan pembunuhan masyarakat sipil, pembatasan ruang gerak, pengungsian, dan pengosongan kampung.
"Tindakan-tindakan ini, secara tidak langsung telah menggeser posisi masyarakat adat Intan Jaya yang masih terus mengalami eksploitasi SDM nya. Tidak berhenti disitu, TNI-POLRI juga telah menyebarkan sayap fungsi kerja dengan cara intervensi dalam kerja-kerja SKPD Intan Jaya, seperti kasus yang baru terjadi beberapa hari. Yaitu: proyek pembangunan pariwisata Patung Tuhan Yesus Ukuran Raksasa di Sugapa," tutup Tigau.
"Tindakan-tindakan ini, secara tidak langsung telah menggeser posisi masyarakat adat Intan Jaya yang masih terus mengalami eksploitasi SDM nya. Tidak berhenti disitu, TNI-POLRI juga telah menyebarkan sayap fungsi kerja dengan cara intervensi dalam kerja-kerja SKPD Intan Jaya, seperti kasus yang baru terjadi beberapa hari. Yaitu: proyek pembangunan pariwisata Patung Tuhan Yesus Ukuran Raksasa di Sugapa," tutup Tigau.
Ketua FKM Intan Jaya kota studi Nabire sekaligus sebagai Ketua HMJ UPP PGSD Uncen Cabang Nabire menegaskan, "maka dengan itu, kami tegas menolak kebijakan pemerintah pusat,
fasilitasi dengan militer yang tidak menguntungkan kepentingan
masyarakat Intan Jaya pada umumnya di Papua." (#EDo/tadahnews.com)
Editor: Angsel H