Foto: Kapolda Papua Mengirim 1 Peleton ke Dogiyai, Kamis (13/7)/Dok.jpnn |
Tabloid Daerah, Nabire -- Kepolisian Daerah (Polda) Papua mengirim satu (1) peleton Satuan Brigadir Mobil (Brimob) dari Nabire ke Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah, guna membantu penanganan konflik pasca insiden penembakan seorang (pemuda) warga sipil di Kampung Idakebo, Distrik Kamu Utara, pada Kamis (13/7/2023).
“Kami akan tambah perkuatan dari Jayapura dan Timika apabila eskalasi di Dogiyai meningkat. Tetapi, saya berharap dengan adanya tambahan pasukan Brimob dari Nabire bisa mengendalikan situasi di sana,” kata Fakhiri.
Tambahnya, Polda sudah memerintah Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Dogiyai untuk segera melibatkan para tokoh dan Pemerintah Daerah guna melihat akar masalah aksi pemalangan yang berujung dengan penyerangan terhadap polisi dan penembakan warga sipil di sana. Apalagi insiden itu berlanjut dengan pembakaran sejumlah rumah warga di sana.
“Untuk jumlah rumah yang dibakar dan warga sipil yang terdampak, saya belum menerima laporan. Saya memang meminta anggota untuk tidak mendekat dulu ke lokasi itu. Karena, biasanya dalam kondisi seperti itu malah bisa balik memancing kemarahan anggota polisi dengan melakukan perlawanan terhadap warga,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Fakhiri, ia juga sudah meminta Kapolres Dogiyai mengeluarkan himbauan agar warga sipil tidak keluar jauh dari pantauan aparat keamanan sampai situasi benar-benar normal. Karena, biasanya dengan adanya kejadian ini warga non-Papua mengungsi ke pos-pos baik punya Brimob, polisi, maupun TNI.
Fakhiri menegaskan pihaknya akan memperkuat personel di Dogiyai, mengingat insiden serupa, insiden Kamis sudah beberapa kali terjadi di sana.
“Saya tidak mau lagi ada masyarakat menggunakan caranya sendiri, dan berlindung dibalik hukum adatnya untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara ini,” tandasnya.
Ia menilai terkadang warga di Dogiyai sengaja memancing amarah keamanan. Akan tetapi, jika aparat keamanan merespon dengan tindakan tegas, aparat keamanan dipersalahkan dengan isu Hak Asasi Manusia (HAM).
Tutup Fakhiri, tingkah laku sekelompok masyarakat di Dogiyai terkadang sengaja memancing amarah aparat keaaman. Terkadang, saat diambil tindakan tegas, maka isu yang dikembangkan ke publik berulang kali menyasar kepada masalah pelanggaran HAM.
"Saya ingatkan, setiap polisi yang bertugas di Dogiyai untuk belajar ekstra sabar dalam mengambil langkah. Namun, apabila itu sudah mengancam nyawa dan keselamatan, silahkan mengambil langkah tegas dan terukur,” tutupnya. (*)
Kontributor: Isak Bobii
Editor Dani MB