Masyarakat Adat Papua di sebuah bukit, JE paling kiri dari tampak ke Foto/Dok.Jubir AMA-P |
JE, tahu tidak apa itu gelap?
Ya, gelap itu tentang sesuatu yang tidak bisa dilihat, dan tidak bisa kita tahu. Atau, tutuplah mata maka itulah gelap.
JE, kalau saya bilang posisi kita ada di situ, apakah hidangan segelas kopi akan penuh bermakna?
JE, saya tidak butuh apa jawabmu.
Saya paham dengan posisi kita saat ini.
Kita di dalam gelap tidak bisa menunjukkan apa yang terjadi ke luar. Dan,
Mereka di luar tidak bisa melihat kita di dalam gelap. Itulah selama ini mata selalu tertutup, JE.
JE, apalagi, saat ini kita memaksa gelap itu berjalan.
Kita paham, orang buta tidak dapat menuntun orang buta, sebab keduanya akan jatuh ke lobang. Ya, itu kata sang Revolusioner Yesus.
JE, tanpa banyak meninggalkan narasi, kita telah ada di suatu tahapan dimana, tahapan dalam gelap telah terpangkas.
Kini, kita menemukan seberkas cahaya.
Tentang kontekstual, objektifitas, menunjukkan substansi pemberontakan dengan jelas dan tegas.
JE, engkau sosok kantong untuk menyimpan dan mengeksplor.
Tentang seberkas cahaya dalam kantong itu.
Pernah kita membayangkan, tentang kantong-kantong itu, bukan hanya satu.
JE, kantong-kantong itu tidak bisa taruh di surga. Di sana, hanya ada ilusi dan tidak akan ada pemberontakan.
JE, di sini, tentang kenyataan, generasi, dan bangsa ini. Dimana, rakyat yang terus mengalami perkembangbiakan di dalam bangsa yang sedang dalam amukan penghisapan oleh Kapitalisme, ini tugas kita, bahwa Revolusi Demokratik untuk Pembebasan Nasional Papua Barat.
JE, sosok kantong yang mengisi seberkas cahaya itu adalah dirimu, Kamrad. Api Revolusi.
Rest In Love, JEkson Degei, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Adat Papua - Dari kita yang tersisah dan tetap menjaga Api Revolusi sampai titik darah penghabisan.
Sonny Dogopia, 9 April 2023 - Tanah Air atau Mati