Hengki Yeimo saat menyampaikan materi kepada mahasiswa FKM-KD/Dok.Lamek magai-Tadahnews |
TaDahnews.com, Jayapura -- Forum Komunikasi Mahasiswa/i Kabupaten Deiyai (FKM-KD) se-Jayapura melalui Bidang Penalaran dan Pendidikan mengadakan seminar dengan bertajuk "Anak Papua Harus Menulis di Atas Tanahnya Sendiri." Seminar tersebut berlangsung di Asrama Deiyai yang beralamat di Jalan Sudirman, Nomor 86, Kamkey. Tepatnya di belakang Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Abepura, Jayapura, Papua, Jumat (24/02/2023).
Dari pantauan tadahnews.com, Pematerinya, Hengki Yeimo
mengatakan dirinya menulis sejak pada tahun 2012 duduk di bangku kuliah. Saat
itu, Yeimo berperan aktif menulis di Majalah Selangkah Papua. Kemudian, saat
ini Yeimo menulis di Media Jubi, dari Tahun 2015 sampai sekarang, bekerja
sebagai wartawan.
Hengki Yeimo, S.I.Kom.,
Alumni Stikom Muhamadya Jayapura, Papua adalah salah satu pendiri
dan juga saat ini sebagai koordinator Komunitas Sastra Papua
(Ko’SaPa) mengajak anak Papua harus menulis dan menyukai hasil karya
sendiri.
“Kita tidak lagi melihat
tulisan-tulisan yang datang dari luar Papua. Tetapi, kita anak Papua mulai
menulis. itu yang lebih penting, untuk membuktikan itu, Anak Papua harus
menulis, mulai dari saat ini, agar nantinya bisa jadi penulis di Tanah
Papua. Sekarang saatnya Karya harus diproduksi oleh anak-anak
Papua, berupa; Tulisan, Buku, Video atau Foto, rekaman, agar Orang
Papua menghargai dan menikmati karya-karya kita Anak Papua
sendiri,” Kata Yeimo.
Lanjut Yeimo,
Koordinator Ko’SaPa mengajak, Anak-anak Papua! Kita harus menulis, agar
anak-cucu, puluhan tahun mendatang bisa melihat.
Ditambahkan wartawan jubi itu, Yeimo berharap bahwa sebagai mahasiswa mestinya kita memulai belajar menulis.
“Anak mudah menulis
untuk bisa mempromosikan kita punya budaya, menunjukan ke orang lain bahwa
Papua seperti ini. Selain itu, kita bisa menulis cerita
rakyat agar, kita punya generasi, anak-cucu, Puluhan tahun ke
depan akan baca dan akan di kenang," pungkas Yeimo.
Wartawan muda asal Papua
yang lama bekerja di media jubi.id, Hengki Yeimo, mengatakan, sebagai manusia
belum tahu kapan akan mati, untuk itulah apa yang kita tinggalkan untuk
anak-cucu nanti.
“Umur kita sangat
pendek, maka kita harus menulis, sebagai bukti kita pernah hidup. Kita
harus tingggalkan kita punya karya buat anak-cucu kita dan tanah ini,”
tutupnya.
Reporter: Lambertus Magai
Editor: Mutiara Papua