Foto: Sambut HUT Kingmi Papua ke-84, Ribuan Umat di Nabire Lakukan Pawai/Dok.Tadah-MeA |
TaDahnews.com, Nabire -- Dalam rangka sambut hari ulang tahun (HUT) yang ke-84 tahun, 13 Januari 1939-2023, masuknya Injil Empat Berganda di wilayah Wiselmeren Meepago, sehari sebelumnya pada 12 Januari 2023 lalu, ribuan umat Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, Koordinator Teluk Cendrawasih Nabire, di Kabupaten Nabire, melakukan pawai.
Pawai yang diikuti ribuan jemaat dari gabungan Klasis Nabire dan Nabire Barat itu dilakukan dengan cara mengitari kota Nabire yang dimulai dari aula STT Tapioka Siriwini, Oyehe, Kalibobo, Wonorejo, Karang Tumaritis dan kembali ke STT Tapioka Siriwini.
Dari pantauan langsung tadahnews.com, dalam pawai tak cuma jemaat, para tokoh agama, badan pengurus Koordinator dan Klasis juga turut serta. Pawai sendiri berlangsung sangat meriah dari sebelum hingga selesai diiringi doa, puji-pujian dan tarian sorak yuu waita (tarian lari berputar ditempat sambil mengeluarkan suara keras secara beraturan asal suku Mee).
Abet Yumai, ketua koordinator pawai, mengatakan pawai dilakukan sebagai simbol untuk menyambut kabar keselamatan Tuhan Yesus melalui Injil Empat Berganda yang datang menerangi disaat dimana semua orang atau suku di wilayah Meepago (awal) dan lainnya (Lapago dan seterusnya) sedang berada dalam kegelapan dosa.
"Pawai ini sebagai simbol mau sambut kabar keselamatan yang datang selamatkan dan terangi kita dari berbagai kegelapan dosa yang akan kita rayakan besok," katanya ketika diminta keterangan kepada tadahnews.com, usai pawai.
Selain itu, kata dia, juga sebagai simbol untuk menghormati jasa para misionaris yang rela datang membawa kabar keselamatan dari tempat yang sangat jauh dengan pertaruhkan segala tenaga, pikiran, materi hingga nyawa.
"Sepanjang jalan tadi kenapa kita kibarkan bendera Injil Empat Berganda? Itu ungkapan dari kami mau menghormati jasa para misionaris yang datang bawa Injil. Masalahnya para misionaris itu datang dari tempat yang sangat jauh. Mereka korbankan semua-semua, tenaga mereka, pikiran, materi sampai bahkan nyawa mereka dipertaruhkan hanya untuk kita supaya bisa selamat dari segala dosa tipu muslihat iblis," jelasnya.
Diwaktu yang sama, Pdt. Noak Yeimo, ketua panitia perayaan HUT, menyampaikan Pdt. R.A. Jafray atau Pdt. Wartel posts dan Pdt. Russel Deibler adalah dua misionaris yang membawa masuk Injil Empat Berganda, tepatnya pada 13 Januari 1939 dari arah selatan Papua setelah menyusuri kali Uta (sekarang dikenal kali Yawei) lalu tiba dan menetap di Iyaitaka Enarotali, Paniai.
"Sekarang Injil yang dibawa kedua tokoh ini sudah menyebar ke mana-mana. Dan Injil itu sekarang sudah menjadi tikar bagi Gereja Kingmi Papua di seluruh daerah tanah Papua," ungkapnya.
Sebagai rasa ungkapan terimakasih, kata dia, karena tanpa mengenal Injil hidup di dunia sia-sia, pihaknya hanya dapat menyampaikan melalui pawai yang dilakukan.
"Jadi hanya lewat pawai ini yang bisa kami lakukan untuk menghormati jasa dua misionaris yang bawa Injil. Tidak ada ungkapan lain. Kepada kedua misionaris kami umat Kingmi sampaikan terimakasih banyak," tuturnya.
Sekertaris Klasis Nabire, Pdt. Yulianus Pigome, juga menambahkan pawai sebagai ungkapan ucap syukur kepada Tuhan atas pertolongan Tuhan dimana Injil sudah berhasil melahirkan satu Sinode, sekian Kordinator dan sekian Klasis serta ribuan umat Tuhan yang ada didalamnya.
Sementara, ketua Kordinator Teluk Cendrawasih, Yeremias Tenouye, lebih menekankan kepada umatnya yang ikut pawai agar dapat memaknai dengan hati nilai-nilai terang Kristus dari Pawai. Tidak sekedar hanya ikut-ikutan untuk meramaikan. Menurutnya, karena Injil dibawa kedua misionaris penuh rintangan yang amat berat.
"Setelah dua misionaris tiba di Paniai tahun 1939, mereka dua jalan pakai perahu dayung keliling daerah-daerah yang disekitar danau Paniai sambil didik beberapa orang jadi hamba Tuhan. Kena ombak besar sampai perahu terbalik, diejek, ditolak, mereka dua hadapi dan lewati dengan penuh sabar," jelasnya.
Lanjutnya, masuk tahun 1942, kedua misionaris bersama beberapa anak didik itu memulai pelayanan dengan membuka gereja Pos Pekabaran Injil (PI) di daerah-daerah yang sudah dikelilingi. Berlanjut tahun 1961 dikembangkan menjadi Gereja Kemah Injil di Tanah Papua. Tahun 1962 untuk mengelola misi gereja untuk menyebarkan Injil ke berbagai daerah yang belum disentuh Injil diserahkan kepada putra-putri pribumi yang dididik setelah dinilai sudah mampu.
"Singkat sejarahnya begitu. Maka saya minta mari kita renungkan dengan hati perjuangan dua misionaris yang tidak main-main ini. Apa yang diperintahkan Injil kita harus praktekkan dalam kehidupan sehari-hari," harapnya
Reporter: Melianus Adii
Editor: Dani MB