ID CARD Pilot Anton Gobai/ist. |
TaDahnews.com, Nabire -- Pilot Asal Papua, Anton Gobai, yang ditangkap di Filipina karena, kepemilikan Senjata Api (Senpi), ini, sempat mau dideportase ke Indonesia tapi, Undang-undang atau aturan yang akan membawa Filipina diinterfensi Internasinal maka ditahan di Rutan Manila, Filipina. Minggu (15/01/2023).
Saat dirinya dihubungi melalui salah satu telepon milik penjaga tahanan di Filipina, Anton Gobai menyampaikan beberapa hal. Dan melalui telepon itu, Pilot Anton Gobai menolak beberapa tawaran dari kepolisian Indonesia. Hal ini juga terjadi saat pihak kepolisian Indonesia menemui Anton Gobai pada hari Kamis (12/01/2023).
Gobai menyampaikan beberapa hal yang intinya menolak penawaran-penawaran dari kepolisian Indonesia. Dan, dirinya menjalani hukuman sesuai yang berlaku di Filipina.
Hal ini seperti yang beredar luas, video klarifikasi Anton Gobai, Pilot asal Papua.
Pertama, Anton Gobai menolak penawaran fasilitas pakaian dan makanan dari duta besar Indonesia selama proses hukum berjalan.
Kedua, Anton Gobai menolak pengacara gratis yang disiapkan pemerintah Indonesia.
Ketiga, Anton Gobai diminta untuk menjalankan proses hukum di Indonesia. Namun, kepolisian Filipina menolak secara langsung demi menghindari tanggapan atau kritikan internasional terhadap pemerintah Filipina tentang status terduga yang tertangkap di teritori Negara Filipina, yang jika mengikuti proses hukum Indonesia maka akan melanggar pasal RA No 10581. Dan, Anton Gobai menjalani hukuman sesuai proses hukum yang berlaku di Filipina.
Keempat, Saat itu, Kamis (12/01/2023), tim yang mendatangi dan mengikuti pertemuan dalam fasilitas kepolisian yang sangat ketat itu, Polisi bertanya; (1), Apa motivasi anda memiliki senjata sebanyak itu? (2), Apakah anda suplai ke West Papua Army?
Terkait dengan pertanyaan di atas, ini jawaban seorang Anton Gobai, dilansir dari video klarifikasi trsebut.
"Saya generasi yang sadar, selain jenderal Damianus RR. Magai Yogi merekomendasikan saya bekerja sebagai staf dan logistik, tanpa mempertimbangkan tingginya konsekuensi orang Papua akan lakukan itu demi membebaskan bangsa Papua dan tanah air Papua Barat," kata Gobai dalam video yang beredar luas tentang klarifikasi didirnya.
Kemudian, dalam pertemuan itu, Anton Gobai klarifikasi langsung soal dirinya yang gagal dalam pelamaran beasiswa Pemerintah Daerah (Pemda) pada Tahun 2015 setelah menyelesaikan College Gemain Metropolitan Institute Technologi di Papua New Guinea (PNG), Port Moresby Tahun 2014.
"Saya selalu ditolak lamaran beasiswa terus hingga akhirnya di Tahun 2018 Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua memberikan bantuan langsung dapat melunasi tunggakan (CPL/IR) dan selesaikan sekolah penerbangan di All Asia Aviation Academy (AAA) Filipina Tahun 2018," Jelasnya melalui klarifikasi tersebut.
Lanjut dalam klarifikasinya, terkait foto Pilot Papua dan pak Gubernur Provinsi Papua yang beredar di media itu tidak termasuk saya, Anton Gobai, dan pihak berwenang menangkap wartawan yang menyebarkan Hoax karena, melanggar kode etik wartawan.
Kemudian, yang disebarkan oleh tim yang datang ke Filipina dna mendatangi saya, ini tidak diliput berita sesuai dengan hasil yang ditanya.
Gobai juga memberikan keterangan melalui klarifikasinya itu saat ditanya kepolisian Indonesia di Rutan Manila, Filipina.
Pertama, Saya tidak meminta maaf kepada pemerintah kolonial, kecuali meminta maaf soal dokumen travel Indonesia karena, Papua masih belum merdeka.
Kedua, Saya simpatisan dari gerakan sipil Papua, dan berjabatan Staf Diplomasi dan Logistik di Asean Blok Timur, dibawa pimpinan panglima tertinggi West Papua Army, Jenderal Damianus RR Magai Yogi.
Nomor Rekening milik Anton Gobai dibekukan, dan dirinya meminta agar diaktifkan karena, tidak ada sumber dana melalui rekeningnya yang membawa dirinya ke rutan Manila terkait sejumlah Senpi terseut.
"Rekening saya dibekukan, sepastinya rekening koran tidak mungkin akan menemukan suatu bantuan dari pemerintah atau sumber lain selain sumbangan atau bantuan dari keluarga saya di Paniai. Anton Gobai meminta, pemerintah Indonesia segera! Dapat mengaktifkan rekening saya setelah menganalisa riwayat transaksi, pada intinya semua dana milik saya dikembalikan," pungkasnya dalam klarifikasi.
Lebih lanjut, Gobai menyampaikan bahwa Indonesia menghalangi saya untuk menyelesaikan proses hukum langsung dengan cara cepat (bill produce). Karena, penyelesaian proses hukum di Filipina yang disebut solve immediately atau caranya hanya membayar pelanggaran dan kini belum bisa dibayarkan karena, akibat rekening dalam tangan kolonial Indonesia.
Dalam penutup klarifikasi tersebut, Gobai juga memperjelas mengapa rekeningnya dibekukan.
"Indonesia sengaja memperpanjang pembekukan rekening sampai penetapan penyelesaian hukum melalui jalur panjang. Yaitu: tanpa bayar dan hukum atau penjara selama 20 tahun, 1 hari," tutur Gobai dalam klarifikasi.
Mengingat itu, Anton Gobai meminta dukungan Doa dan Finansial dalam proses hukumnya untuk memperpendek masa tahanan.
"Masa saya mau jual senjata yang kami beli? Ya, ini Indonesia cari-cari dan tanya-bertanya. Saya sudah sampaikan terus terang bahwa saya adalah generasi sadar yang lahir dalam ancaman kolonial Indonesia. Saya melihat langsung pelanggaran HAM yang terjadi di Papua, di depan mata saya, mestinya senjata yang saya beli untuk melindungi rakyat Papua, tanah Papua dan mengusir klonial dari tanah air West Papua," Tutupnya.
Anton Gobai sendiri juga tolak deportasi langsung ke Indonesia setelah proses hukumnya selesai.
Admin