Foto: Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman,MA |
Oleh Gembala Dr. A.G. Socratez Yoman,MA
"Kebenaran yang ditulis dengan darah dan air mata serta penderitaan rakyat kecil tidak akan dihapus atau ditutupi dengan kebohongan yang ditulis dengan tinta."
[Dr. A.G. Socratez Yoman, MA.]
Sekitar 12 tahun yang lalu, penulis menulis buku yang berjudul: OPM? (Otonomi, Pemekaran dan Merdeka).
Mengapa penulis memilih judul buku OPM (Otonomi, Pemekaran, dan Merdeka) ?
1. OTONOMI KHUSUS
Penulis sudah menganalisa dan memprediksi serta melihat jauh ke depan bahwa Otonomi Khusus (Otsus) Nomor 21 Tahun 2001 di Papua tidak akan berjalan baik atau pasti gagal dilaksanakan oleh penguasa kolonial modern Indonesia. Lagi pula, Otsus tidak menjadi jawaban persoalan konflik Papua-Indonesia atau tidak menjadi solusi. Tetapi, sebaliknya, Otsus akan menjadi masalah baru. Dan, memang benar bahwa Otsus sedang dan telah sebagai pemicu gejolak yang tidak kunjung padam.
Karena, Otsus ditolak oleh sebagian besar OAP tapi, pemerintah melaksanakan Otsus dengan tekanan moncong senjata, intimidasi, dan pemaksaan. Atau, Otsus dilaksanakan di atas dasar darah, air mata, penderitaan dan tulang-belulang rakyat bangsa Papua. Sepertinya, Indonesia membangun Papua di atas Tanah yang berduri dan penuh onak.
2. PEMEKARAN PROVINSI BONEKA
Pemekaran kabupaten dan provinsi adalah operasi militer gaya baru, operasi transmigrasi gaya baru dan politik pendudukan dan penjajahan dari bangsa kolonial modern Indonesia. Tujuannya jelas bahwa untuk memecah-belah (adu-domba) OAP, marginalkan OAP, pemusnahan OAP secara cepat, merampok tanah OAP, dan OAP dibuat hidup tanpa tanah dan tanpa masa depan. OAP dibuat kemiskinan permanen di atas tanah leluhur mereka.
Pemekaran DOB itu mesin pembunuh OAP yang paling kejam, brutal dan barbar. Pemekaran DOB itu peluang untuk orang-orang Melayu Indonesia menduduki dan menjajah serta memusnahkan OAP secara sistematis, terstruktur, terprogram, masif dan kolektif.
Adu-domba dan polarisasi yang paling berbahaya paling kejam, yang diciptakan bangsa kolonial modern Indonesia terbukti sebagai berikut:
1. Orang Sorong dikelompokkan dalam kabupaten sendiri;
2. Orang Biak dikelompokkan dengan kabupaten sendiri;
3. Orang Serui dikelompokkam dengan kabupaten sendiri;
4. Orang Paniai dikelompokkan dalam kabupaten sendiri;
5. Orang Wamena dikelompokkan dalam kabupaten sendiri;
6. Orang Pegunungan Bintang dikelompokkan sendiri;
7. Orang Yahukimo dikelompokkan dalam kabupaten sendiri;
8. Orang Jayapura dikelompokkan dalam kabupaten sendiri;
9. Dan masih banyak kabupaten boleh ditambah sendiri. (Sumber: OPM? Otonomi, Pemekaran, Dan Merdeka: Yoman, 2010, 76).
Pemekaran DOB akan menjadi kacau-balau karena, beban biaya tidak sedikit, 100% motivasi politik yang didorong oleh militer, ditolak oleh OAP atau tidak ada legitimasi OAP, dan meletakkan dasar di atas penderitaan, tetesan darah, cucuran air mata dan tulang belulang yang telah gugur di tangan serdadu Indonesia selama 58 tahun.
Pemerintah kolonial modern Indonesia membentuk DOB di wilayah pendudukkan di Papua mengulangi seperti pengalaman penguasa kolonial Apartheid di Afrika Selatan pada tahun 1978, Peter W. Botha menjadi Perdana Menteri dan ia menjalankan politik adu-domba dengan memecah belah persatuan rakyat Afrika Selatan dengan mendirikan Negara-negara boneka:
1. Negara Boneka Transkei.
2. Negara Boneka Bophutha Tswana.
3. Negara Boneka Venda.
4. Negara Boneka Ciskei.
(Sumber: 16 Pahlawan Perdamaian Yang Paling Berpengaruh: Sutrisno Eddy, 2002, hal. 14).
3. MERDEKA
Pepera 1969 cacat hukum, moral yang melawan hukum internasional yang dimenangkan ABRI dan hasil Pepera 1969 terus digugat oleh rakyat dan bangsa Papua sampai saat ini.
Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 telah gagal total.
Pemekaran DOB ditolak oleh rakyat dan bangsa Papua atau tidak ada dukungan dan legitimasi OAP.
Sejak 19 Desember 1961 dan juga 1 Mei 1963, pemerintah Indonesia membangun Papua di atas batu-batu dan semak duri, bukan di atas Tanah subur. Semua yang dibangun dengan paksaan dan moncong senjata itu tidak berakar dan berbuah baik. Indonesia gagal total membangun Papua dan juga Indonesia gagal meng-Indonesia-kan Orang Asli Papua.
KESIMPULANNYA:
Otsus sudah gagal total; Pemekaran DOB ditolak, tidak mendapat dukungan dan legitimasi OAP, pemekaran DOB diurus oleh BIN dan militer, ini menjadi mesin pembunuh dan pemusnah OAP.
Jadi, tiga huruf OPM:
1. Otonomi (O) sudah gagal total;
2. Pemekaran (P) ditolak rakyat;
4. Merdeka (M) tunggu momentum yang tepat sesuai dengan waktu TUHAN.
Doa dan harapan penulis, supaya tulisan ini berguna dan ada pencerahan.
Waa....Waa....Kinaonak!
Ita Wakhu Purom, 17 Maret 2022
=========
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Anggota: Konferensi Gereja-Gereja⁰ Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).