Foto: Pengrusakan Mobil Puskesmas Timeepa, Bentuk Kekecewaan Warga/@suarapapuaTV |
TaDahnews.com, Dogiyai -- Beberapa waktu lalu, di media massa, beredar video dan foto yang cukup mengusik netizen dan video itu diambil pada 16 Desember 2021 di Timeepa, sebuah kampung di Distrik Mapia Tengah, Kabupaten Dogiyai, yang dalam video itu, terlihat sebuah Mobil Ambulance sedang memasuki Kampung Timeepa, dan Mobil itu dihalau warga yang banyak berkerumun, dan beberapa di antara mereka melempar hingga kaca mobil hancur.
Video tersebut sempat viral. Banyak pihak
menilai negatif ulah warga karena menganggap menolak dan menghambat
pembangunan. Apalagi video tersebut beredar tidak disertai keterangan yang
jelas. Sehingga justru menguatkan stereotipe bahwa orang Papua anti
pembangunan.
Media Tadah News berusaha menjaring berita,
mewawancarai beberapa narasumber terpilih, dan yang ditemukan bisa menyehatkan
cara pandang kita. Peristiwa itu terjadi spontan.
“Saya kepala Kampung Gabaikunu, nama saya
Vitalis Tebai. Jangan anggap masyarakat saya anti pembangunan. Saya ada bersama
masyarakat saat peristiwa terjadi. Kami mau pembangunan. Kemarin itu aksi
spontan warga, jadi warga ganggu Ambulans sebagai bentuk kekecewaan karena
selama ini pelayanan kesehatan di daerah kami tidak jalan,” kata Vitalis,
kepala kampung Gabaikunu, kepada Tadah News, pada Senin (20/12) kemarin.
“Saya kemarin berusaha tenangkan warga.
Tapi bagus juga ada di media. Kalau kami diam kami jadi obyek. Pemerintah
bilang ada puskesmas di Timeepa, statusnya rawat inap, tapi itu bahasa saja.
Disini praktek pelayanan tidak jalan. Hanya dua staf honorer yang biasa ada,
itu pun kasi obat saja. Masyarakat saya banyak korban mati dan sakit karena
sudah sejak dulu pelayanan mati. kami yang sakit tidak dilayani disini,” lanjut
Tebai menguraikan.
Sekretaris Kampung Gabaikunu, Stefanus
Petege juga membenarkan apa yang disampaikan kepala kampungnya. Walaupun
Puskesmas Timeepa sudah dinaikkan statusnya dari Puskesmas Biasa menjadi
Puskesmas Rawat Inap, namun pelayanan kesehatan tidak jalan baik.
“Jadi itu aksi spontan. Puskesmas Timeepa
ada sejak 2018 dulu. Jadi selama ini ada gedung puskesmas di Puskesmas Timeepa.
Data yang ada itu ada puluhan tenaga medis PNS maupun honorer. Sejak 2020 ada
Mobil Puskesmas juga. Tapi yang biasa layani masyarakat itu hanya dua orang
tenaga honor,” kata Petege menjelaskan.
Padahal, Puskesmas Timeepa itu melayani
sembilan kampung di sekitarnya. Selain kampung Timeepa dan Kampung Gabaikunu,
ada kampung Toubai, Adauwo, Megaikebo, Degeadai, Maikotu, Okogou dan Dihai.
Pelayanan
Kesehatan Buruk
Anggota DPRD Kabupaten Dogiyai, Yonas Butu,
kepada tadahnews.com menjelaskan, tidak maksimalnya pelayanan di Puskesmas
Timeepa dinilai bukan hal yang luar biasa. Pasalnya, menurut Butu, pelayanan
kesehatan di tingkat kabupaten juga dinilai buruk.
“Tidak adanya pelayanan kesehatan di
Puskesmas Timeepa secara maksimal, itu wajar karena ada di pelosok kabupaten.
Yang di ibukota Kabupaten saja, yang ada hanya Puskesmas standar rawat inap.
Itu pun kamar baud an WC tersumbat tidak ada air. Sekarang ada RSUD Pratama
tapi bangunan belum selesai, pagar baru dibangun belum selesai, fasilitasnya di
dalam belum. Jadi kalau ada pasien ke RSUD biasanya dirujuk ke Paniai, Deiyai
atau Nabire,” urai Butu kepada media ini, Senin (20/12/2021) sore.
Menurut Butu, bila bicara soal kesehatan,
maka ada tiga hal. Pertama soal tenaga kesehatan, kedua soal obat-obatan dan
fasilitas kesehatan, termasuk bangunan. Ketiga soal anggaran dan realisasi
anggaran untuk peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan kesehatan. Butu
menilai, selama empat tahun terakhir ini, belum ada perkembangan yang berarti.
“Selain pembangunan gedung RSUD Pratama,
beberapa gedung di beberapa Puskesmas yang belum selesai dan pengadaan Mobil
Ombulans tiap Puskesmas di Dogiyai, belum ada pembangunan di bidang kesehatan
yang berarti. Sehingga pantas rakyat Timeepa protes dengan bentuk rusak Mobil
Puskesmas yang tidak berfungsi itu,” tambah Butu lagi.
Menurut data yang ada, Butu menjelaskan,
selain Puskesmas Timeepa yang tidak jalan, hampir semua Puskesmas di Distrik
Mapia Tengah, Distrik Mapia Barat, Distrik Piyaiye dan Distrik Sukikai Selatan
tidak jalan.
“Anggaran selalu cair. Bangunan ada tapi
dalam rumput yang tinggi. Petugas kesehatan tidur bangun makan di Moanemani
atau Nabire. Masyarakat tidak dilayani. Itu hampir semua, di Mapia Tengah,
Mapia Barat, Piyaiye dan Sukikai Selatan. Kasusnya sama. Terakhir orang Modio
sudah bakar gedung Puskesmas karena kecewa mereka tidak dilayani,” lanjut Butu
menjelaskan.
Klarifikasi
Kapus Timeepa: Pelayanan Kesehatan Jalan 24 Jam
Yoki Butu, Kepala Puskesmas Rawat Inap
Timeepa, kepada media ini menjelaskan, sebetulnya pelayanan kesehatan di
Puskesmas Timeepa jalan.
“Staf saya di Puskesmas Timeepa 24 jam
aktif dan melayani. Jadi tidak benar bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas
Timeepa tidak jalan,” urai Butu mengklarifikasi pernyataan narasumber
sebelumnya dari media ini, Senin (27/12/2021) sore.
Menurut Butu, memang benar fasilitas
kesehatan kurang begitu lengkap, tetapi pelayanan kesehatan terus jalan.
Mengenai pengrusakan Mobil Ambulans Puskesmas Timeepa, menurut Butu, itu
diakibatkan oleh dua pasien yang meninggal dan terkesan diabaikan oleh petugas
Puskesmas Timeepa.
“Ada dua orang meninggal, terjadi salah
pengertian. Warga minta supaya pakai mobil ambulans, kami juga koordinasi dan
siap melayani, tapi terjadi salah pengertian,” urai Butu. “Hal ini yang memicu
terjadinya pengrusakan mobil ambulans, bukan buruknya pelayanan kesehatan,”
lanjut Kapus Timeepa melanjutkan.
Hal ini dibantah Kepala Kampung dan
Sekretaris Kampung Gabaikunu. Senada dengan mereka, Yohanes Kuayo, tokoh pemuda
Distrik Mapia Tengah dari Timeepa kepada media ini menegaskan bahwa apa yang
disampaikan Kapus Timeepa itu tidak sesuai fakta di lapangan.
“Pelayanan kesehatan buruk. Statusnya
Puskesmas Rawat Inap tapi pasien tidak pernah rawat inap. Banyak falisitas
kesehatan tidak ada. Jadi selain dipicu apa yang disampaikan Bapak Kapus, Itu
diakibatkan oleh kekecewaan masyarakat selama ini karena tidak pernah
mendapatkan pelayanan kesehatan secara memadai,” urai Kuayo.
Padahal, menurut Kuayo, memperoleh layanan
kesehatan merupakan hak semua masyarakat.
“Mendapatkan layanan kesehatan yang baik
itu hak setiap warga negara Indonesia, termasuk warga distrik Mapia Tengah,
Kampung Timeepa dan Gabaikunu. Jadi apabila masyarakat tidak mendapatkan
layanan kesehatan, masyarakat harus protes. Protes harus dilihat sebagai
langkah untuk memperbaiki situasi. Jadi situasi ini jangan dilihat sebagai hal
buruk. Ini hal baik supaya kita lihat persoalannya dan pikirkan apa yang harus
dibuat ke depan supaya pelayanan kesehatan jalan,” lanjut Kuayo lagi.
Dengan Motif yang Sama, Gedung Puskesmas Modio Lebih Dulu Dibakar Warga
Sebelumnya, dengan motif yang sama, warga
Kampung Modio Distrik Mapia Tengah pernah membakar Gedung Puskesmas.
Untuk mengonfirmasi pembakaran gedung
Puskesmas Modio, tadahnews.com menghubungi Edmond Boma, salah satu tokoh dari
Mapia Tengah. Boma menceritakan soal pembakaran Gedung Puskesmas Modio yang
motifnya sama yakni ketidakpuasan masyarakat dengan pelayanan kesehatan yang
buruk.
“Hari Senin tanggal 11 Juni 2018 lalu itu
ada pembakaran Gedung Puskesmas Modio. Kemarin Pengrusakan Mobil Dinas
Puskesmas Timeepa. Ini semua sama. Masyarakat ini kecewa karena kesehatan tidak dilayani baik maka mereka
sampai korban nyawa. Ini bentuk kekecewaan,” urai Boma kepada media ini, Senin
(20/12/2021) sore.
Boma menceritakan, pembakaran Puskesmas
Modio dipicu insiden yang dimulai saat itu ada warga melahirkan dan kondisinya
kritis sehingga butuh penanganan petugas kesehatan. Begitu tiba di Puskesmas,
tidak ada petugas kesehatan. Ibu dan anak itu meninggal dalam proses
melahirkan.
“Hal itu memicu emosi warga. Mereka emosi
karena sebelumnya juga sampai hari gedung Puskesmas dibakar, itu tidak ada pelayanan
kesehatan. Persis seperti yang di Timeepa sekarang,” lanjut Boma menjelaskan.
Hingga akhir tahun ini, belum ada
pembangunan gedung Puskesmas baru di Modio. Hal ini mengakibatkan sejak
pertengahan tahun 2018 hingga akhir tahun 2021, tidak ada pelayanan kesehatan
di Puskesmas Modio.
“Padahal, Puskesmas Modio melayani beberapa
kampung, seperti Kampung Modio, Putapa, Diyeugi, Dihouto, Piyakunu, dan Atou.
Sudah 3 tahun ini tidak ada pelayanan kesehatan untuk kampung-kampung ini
karena gedung yang dibakar itu belum dibangun kembali,” lanjut Boma.
“Puskesmas Modio dan Timeepa ini sekarang jalan untuk roda dua dan roda empat sudah masuk, tapi kondisinya demikian. Distrik Piyaiye dan Sukikai Selatan itu hanya bisa dijangkau dengan jalan setapak dan helicopter. Jadi bisa bayangkan sendiri. Tidak jalan sama sekali dari dulu sampai hari ini,” lanjut Boma lagi dengan tertawa dengan nada sedih.
T. Bastian Tebai