Foto: Kunjungan Mesak Magai ke Relawan Milenial for Messi/redaksi |
Nabire, TaDahnews.com – Dalam kunjungan ke beberapa tempat di distrik kota, Kabupaten Nabire, pada tahun 2020, saat kampanye tertutup, Mesak Magai S.sos., M.si., selalu saja menyajikan pemerintahan 10 tahun kemarin sama seperti sampah di Kota Nabire yang selalu kita lihat dan hirup aromanya.
Seperti kunjungannya ke Relawan Milenial for Messi. Calon Bupati (Cabup) Kabupaten Nabire, Pasangan Calon (Paslon) nomor urut dua (2), Mesak Magai S.sos., M.si., dengan nada yang luguh menyampaikan bahwa sampah dan pemerintahan 10 tahun kemarin itu sama saja.
“Nabire ini tata pemerintahannya juga seperti sampah di kota Nabire, tidak menjadikan nabire milik bersama dan sistem keuangannya juga satu pintu, serta hambur-aduk, ini yang tidak pada tempatnya sama seperti sampah di Nabire yang dibuang tidak pada tempat dan sasarannya,” tegas Mesak Magai kepada media ini.
Lanjut Cabup Nabire Paslon nomor urut dua, sistem pemerintahan ini masih memakai sistem dinasti, yang mana adalah Bupati dan keluarga kandungnya yang menguasai, sisanya keluarga sepupunya, dan jika ada yang tidak termasuk keluarga pun itu pasti yang bisa mengamankan kerja-kerja gelap, dan model seperti ini yang sedang saya lawan.
Sambung Magai dengan nada yang keras, Pemerintahan dinasti inilah yang gambarannya dapat kita lihat di kota Nabire ini seperti; sampah dan aromanya yang merusak hidup, termasuk suasana hidup.
Ketika ditanya bagaimana mengatasinya, Mesak Magai menjawab dengan sederhana; singkat, jelas, dan padat.
“Sampah di Nabire ini cukup kita lelangkan kepada pihak ketiga karena, ini kerja orang perusahaan yang hidupnya tergantung disiplin kerja yang benar-benar serius,” kata Cabup Nabire Paslon nomor urut dua.
Lanjutnya, setiap tempat-tempat pembuangan sampah di kota itu tinggal kita parkir truk lima atau lebih, soal waktunya atau jam parkir dan pergi untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah umum terakhir itu tinggal diatur saja.
“Kita sebagai pemerintah tinggal mengecek rutin, dan mengajak masyarakat agar dapat membuang sampah ke bak-truk sampah yang sedang parkir atau yang sudah disediahkan itu, itu saja, selanjutnya urusan perusahaan,” tutur Mesak Magai.
Ketika awak media ini menanyakan keterkaitan antara sampah dan pemerintahan 10 tahun kemarin, dan bagaimana cara mengatasinya, Cabup Nabire Paslon nomor urut dua ini menjawab dengan sederhana.
“Nabire ini multi etnis, beragam agama, entah itu Papua itu sendiri maupun non-Papua, jadi, pemerintahan juga harus melihat semua itu dan membagi sama rata, artinya bahwa saya magai, dan ibu saya madai, pemerintahan ini jangan turunan magai dan madai saja semua, atau pendatang siapa yang saya taruh untuk urusan kerja gelap, bukan itu! Tetapi, Nabire ini perlakukan secara adil dan merata, semua harus merasakan Nabire milik bersama,” jawab Mesak Magai.
Lanjutnya, dengan menjadikan Nabire milik bersama, atau mereformasi birokrasi pemerintahan Kabupaten Nabire, seperti; Visi dan Misi kami berdua Paslon nomor urut dua, maka kita pun bisa mengatasi “sampah”.
Tutupnya, jika sampah di dalam maupun di luar sudah teratasi maka keuangan nabire itu akan transparan dan masing-masing dinas tanggung jawab kerja guna mewujudkan dan mendukung visi dan misi saya yang sudah tertampung dalam program-program, seperti; Program 100 Hari Kerja, Program Unggulan, Program Prioritas Khusus, dan Program Prioritas Umum.
Admin